Crisis of Democracy in Thailand and the Network of Monarchy
Aryanta Nugraha
Abstract
Artikel ini bermaksud untuk menjawab dua pertanyaan; mengapa terjadi krisis demokrasi di Thailand dan siapa sebenarnya pemenang dari krisis demokrasi tersebut. Dengan mempertimbangkan semakin pentingnya kehadiran kelompok yang sering disebut sebagai Network of Monarchy, artikel ini beragumen bahwa krisis demokrasi di Thailand sangat terkait dengan persaingan politik antara kubu pro-Thaksin dengan kubu anti-Thaksin yang disponsori oleh kalangan Network oh Monarchy. Kompetisi politik tersebut tidak hanya terjadi pada tingkat elit, tetapi berubah menjadi keresahan politik dan kerusuhan social yang melibatkan pertentangan antar kelompok masyarakat yang dicirikan oleh penggunaan warna kaos yang berbeda (clash of colored shirts). Meski akhirnya Thaksin berhasil diturunkan, artikel ini berpendapat bahwa kemenangan sementara kubu Network of Monarchy ini tidak akan berpengaruh banyak bagi stabilitas dan kepastian demokrasi di Thailand, apabila kerangka pengaturan demokrasi pasca Thaksin gagal melibatkan partisipasi masyarakat di tingkat akar rumput. Terlebih lagi, pemerintah demokratik juga harus mampu mengatasi persoalan ketimpangan ekonomi, terutama di wilayah utara.
Keywords
Thailand, democracy, network of monarchy
DOI:
https://doi.org/10.31315/paradigma.v16i1.2452
Refbacks
There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2018 Paradigma
Paradigma: Jurnal Masalah Sosial, Politik, dan Kebijakan
Published by Faculty of Social Science and Political Science
Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta
(Kampus Unit II) Jl. Babarsari 2, Tambakbayan, Depok, Yogyakarta 55281
Phone: +62 274 486733. Email: paradigma@upnyk.ac.id
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License .
<div class="statcounter"><a title="Web Analytics" href="https://statcounter.com/" target="_blank"><img class="statcounter" src="https://c.statcounter.com/12552744/0/db653f0d/0/" alt="Web Analytics"></a></div>